Khutbah Jumat: Penyakit-Penyakit yang Menyebabkan Amal Ditolak
Khutbah Jumat: Penyakit-Penyakit yang Menyebabkan Amal Ditolak ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 4 Jumadil Awal 1445 H / 17 November 2023 M.
Khutbah Jumat Pertama: Penyakit-Penyakit yang Menyebabkan Amal Ditolak
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ…
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 185)
Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk beramal shalih sebagai bekal menuju kematian. Karena itu seagung-agungnya perbekalan menuju kematian. Allah berfirman:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
“Berbekallah, karena sesungguhnya perbekalan menuju kematian itu adalah ketakwaan kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)
Dan hakikat takwa adalah menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkan seseorang ke dalam surga karena amalnya. Allah berfirman:
…ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Masuklah kalian ke dalam surga disebabkan oleh amalan kalian.” (QS. An-Nahl[16]: 32)
Namun amal shalih bukanlah satu-satunya sebab masuk surga, akan tetapi yang terbesar adalah rahmat Allah ‘Azza wa Jalla.
Oleh karena itu, setiap kita harus senantiasa semangat dalam beramal shalih, karena amal shalih memiliki berkah dan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan. Amal shalih bagaikan nutrisi untuk hati dan keimanan kita. Siapa pun yang ingin berjalan di atas jalan yang lurus, di atas jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, hendaklah ia beramal shalih. Siapa pun yang ingin mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, hendaklah ia beramal shalih. Siapa pun yang ingin dibukakan pintu-pintu rezeki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik di dunia maupun di akhirat, hendaklah ia beramal shalih. Maka siapa pun, yang menginginkan kemuliaan, tiada lain adalah dengan beramal shalih.
Namun, di sana, amal shalih memiliki penyakit-penyakit yang menyebabkan amal tersebut ditolak oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara penyakit beramal shalih yang paling besar adalah:
1. Beramal tanpa ilmu
Seseorang beramal tanpa mengetahui dalil dari Allah dan RasulNya, beramal hanya sebatas perkiraan semata bahwa itu sebuah kebaikan, tanpa ada keterangan dari Allah dan RasulNya. Orang seperti ini adalah orang yang merugi. Allah berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤﴾
“Katakanlah: ‘Maukah aku beritahu kepada kalian tentang orang yang paling merugi amalnya? Yaitu orang-orang yang tersesat jalannya dalam kehidupan dunia ini, sementara ia mengira ia telah berbuat kebaikan sebaik-baiknya.`” (QS. Al-Kahfi[18]: 103-104)
Karena ia hanya berdasarkan perkiraan saja, hanya sebatas menduga-duga saja. Dia kira itu adalah amal yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah, ternyata malah menjauhkan ia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu, saudaraku, agama kita tidak berdasarkan dugaan. Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنِّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ.
“Jauhi oleh kalian duga-dugaan, karena sesungguhnya menduga-duga itu adalah sedusta-dusta perkataan.” (HR. Bukhari)
Allah Ta’ala juga berfirman:
إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ ۖ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
“Mereka hanyalah mengikuti dugaan semata. Dan sesungguhnya dugaan itu tidak menegakkan kebenaran sama sekali.” (QS. An-Najm[53]: 28)
Kita beragama bukan sebatas dugaan dan perkiraan, tapi harus jelas keterangannya dari Allah dan RasulNya. Maka siapapun yang beramal tanpa ilmu tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapapun yang ingin beramal shalih, wajib dia menuntut ilmu tentang amal tersebut, apakah ada dalilnya dari Allah dan RasulNya atau tidak. Karena Allah ingin diibadahi sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridha, bukan sesuai dengan selera-selera kita.
Oleh karena itu, Al-Imam Ibnul Qayyim menyebutkan di antara kesalahan dalam beramal adalah seseorang beramal sesuai dengan kepuasan dirinya saja, bukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bukan sesuai dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka ini adalah penyakit yang pertama, saudaraku, seseorang beramal tanpa ilmu.
2. Berlebih-lebihan
Penyakit yang kedua, saudaraku, seseorang beramal akan tetapi dengan semangat yang luar biasa sehingga kemudian ia berlebih-lebihan, yang berakibat akhirnya ia mudah fatur dalam amal tersebut. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperingatkan kita dari sikap ghuluw. Rasulullah bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ اَلْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ.
“Jauhilah oleh kalian sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah)
Ketika Rasulullah masuk ke dalam masjid, beliau mendapati tali yang terikat di antara dua tiang. Rasulullah bertanya: “Tali apa ini?” Sebagian sahabat menjawab: “Ini adalah tali milik salah seorang istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Apabila ia shalat malam dan telah lelah, ia shalat sambil bergelantungan di tali tersebut.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
حُلُّوهُ، لِيُصلِّ أَحَدُكُمْ نَشَاطَهُ فَإِذَا فَتَرَ فَلْيَرْقُدْ
“Cabut tali ini, hendaklah seseorang shalat sesuai dengan semangatnya. Apabila seseorang dari kalian telah mengantuk, hendaklah ia tidur.” (Muttafaqun ‘alaih)
3. Meremehkan karena malas
Di antara penyakit beramal adalah meremehkan karena malasnya kita. Kita mempunyai penyakit malas dalam beramal shalih. Terkadang, sebagian orang sangat malas, dia mencukupkan hanya yang wajib-wajib saja, dan yang wajib pun ia sia-siakan. Yang sunnah ia tinggalkan dengan dalih: “Itu sunnah, bukan wajib.” Yang makruh malah ia lakukan, katanya: “Itu hanya makruh, tidak haram.” Akibatnya, ia kehilangan banyak sekali pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingkari sahabat yang meninggalkan shalat sunnah tahiyat masjid. Ketika Rasulullah khutbah Jumat, ada seorang sahabat masuk masjid langsung duduk. Rasulullah menegurnya: “Apakah kamu sudah shalat dua rakaat?” Dia berkata “Belum Hai Rasulullah.” Maka Rasulullah bersabda: “Bangkitlah kamu, dan shalatlah dua rakaat, ringankan shalatmu.”
Imam al-Qurtubi beristimbath dari hadits ini, bahwa ini menunjukkan bolehnya mengingkari orang yang meninggalkan ibadah-ibadah sunnah yang bersifat muakkadah (yang sangat ditekankan).
Ini menunjukkan tercela seorang Muslim meninggalkan dan membiasakan diri meninggalkan perkara-perkara yang sifatnya sunnah yang sangat ditekankan.
Maka saudaraku, jangan kita malas. Buang kemalasan dalam beramal shalih, karena kemalasan membuktikan cinta kita yang sangat lemah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cinta itu menimbulkan semangat. Ketika kita mencintai sesuatu, kita akan semangat untuk meraihnya. Ketika kita cinta kepada Allah, seharusnya kita semangat untuk bertaqarrub kepadaNya.
Khutbah Jumat Kedua: Penyakit-Penyakit yang Menyebabkan Amal Ditolak
4. Mengharapkan pujian manusia
Di antara penyakit beramal shalih, seseorang mengharapkan pujian manusia sehingga ia riya’ dan tidak mengharapkan 100% pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan keridaanNya. Sehingga Allah membatalkan amalnya. Bahkan, di hari kiamat, Allah akan mengusir orang-orang yang riya’. Allah menyuruh mereka mencari pahala dari orang-orang yang mereka harapkan pujiannya. Allah berfirman kepada orang-orang yang riya’ pada hari kiamat:
اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian harapkan pujiannya waktu di dunia. Lihatlah oleh kalian, apakah mereka bisa memberikan pahala kepada kalian?” (HR. Ahmad)
Demi Allah, saudarku, riya’ lebih berat daripada mencuri, lebih berat daripada berzina, merampok, dan membunuh. Karena riya’ hakikatnya adalah syirik. Walaupun syirik kecil, akan tetapi ia lebih berat daripada dosa-dosa besar.
5. ‘Ujub dan Sombong
Di antara penyakit beramal shalih, seseorang selamat dari riya’, tapi setelah beramal, dia ‘ujub dan sombong dengan amalannya. Ia merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Setelah ia shalat tahajud, ia merasa lebih baik daripada orang yang tidak tahajud. Padalah barangkali orang yang tidak tahajud menyesal, sehingga ia lebih baik daripada orang yang tahajud.
Kata Ibnul Qayyim, orang yang tidak tahajud kemudian menyesali itu lebih baik daripada orang yang tahajud, setelah tahajud ia ‘ujub dan sombong. Karena amalnya tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
6. Selalu mengulur-ngulur waktu
Di antara penyakit beramal shalih, seseorang selalu mengulur-ngulur waktu. Ia berkata: “Nanti, nanti, dan nanti.” Subhanallah, padahal ajal tidak pernah mengenal kata ‘nanti’.
Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Jauhi oleh kalian mengundur-ngundur amal, mengatakan ‘nanti’ dan ‘nanti’. Karena engkau sedang berada di hari ini, bukan di hari esok.” Belum tentu hari esok menjelang, belum tentu hari esok datang, barangkali ajal datang kepada kita sebelum kita beramal.
Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
إذا أصبحتَ فلا تنتظِرِ المساءَ ، وإذا أمسيْتَ فلا تنتظِرِ الصَّباحَ
Inilah saudaraku, di antara penyakit-penyakit beramal, kewajiban kita berusaha membersihkan amal kita dari penyakit-penyakitnya. Kita berharap agar amal kita diterima oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Abdullah bin ‘Umar berkata, “Demi Allah, kalau aku mengetahui ada satu shalatku yang diterima oleh Allah, itu lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya.”
Download mp3 Khutbah Jumat: Penyakit-Penyakit yang Menyebabkan Amal Ditolak
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Penyakit-Penyakit yang Menyebabkan Amal Ditolak” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53603-khutbah-jumat-penyakit-penyakit-yang-menyebabkan-amal-ditolak/